“FIVE-DAYS
JAVA TRIP”
The days before
Awalnya saya hampir tak percaya saat menerima
surat undangan untuk mengikuti kunjungan ke Universitas Islam Negeri Malang
dari Fakultas. Saya pikir surat tersebut mungkin bukan untuk saya, tetapi ketika
membuka dan membaca surat tersebut dengan seksama ternyata benar nama saya ada
di sana. Beberapa hari kemudian saya mendatangi ruang akademik yang ada di
lantai 4 gedung Fakultas Ushuluddin dan memastikan kebenaran kegiatan kunjungan
yang diberitakan dalam surat yang saya terima, dan ternyata benar Fakultas
Ushuluddin akan melaksanakan kunjungan ke UIN Maliki Malang. Ada rasa haru,
bangga dan bahagia ketika itu, namun pada saat saya lihat kembali daftar
nama-nama peserta yang mengikuti kegiatan tersebut saya sedikit merasa ragu
karena hanya ada dua nama mahasiswa yang saya kenali di sana yaitu Rini
Fatmawati dan Ardi. Bahkan teman seangkatan saya pun tak ada di sana. Tapi
langsung ku tepis rasa ragu tersebut, tak peduli dengan siapa saya berangkat ke
sana selama masih bersama orang tua (dosen-dosen) saya percaya saya tak akan
tersesat dan disesatkan. Bahkan saat saya cerita kepada teman terdekat saya dia
berkata “gapapa, Rin, ikut aja. Lagian kapan lagi coba bisa
jalan-jalan gratis ke Jawa.”katanya sambil tertawa geli selepas ia
membaca surat undangan tersebut, “untuk masalah kuliah dan kegiatan FLAT, kamu tinggalin
aja dulu, kan bisa izin to?!” lanjutnya. Yang memang pada
saat itu saya sedang bingung untuk meninggalkan kuliah dan kegiatan UKM
Bahasa-FLAT. Singkat cerita saya ikuti saran darinya dan langsung mengurusi
perizinan kuliah serta kegiatan FLAT. Malam hari sebelum pemberangkatan saya
pun telah menyiapkan segala perlengkapan yang akan saya bawa selama mengikuti
Kunjungan ini.
Day One
Sekitar Pukul 06.47 saya tiba di kampus 1 UIN
Jakarta. Pada saat itu disana sudah ada Pak Surya, Bu Halimah, Bu Banun dan Bu
Nadroh serta beberapa Mahasiswa. Beberapa lama kemudian satu persatu peserta
pun mendekati bus dan mulai memenuhi kursi masing-masing. Kurang lebih satu
setengah jam kemudian Bus pun berangkat seusai mendengarkan beberapa patah kata
sambutan dan pengumuman dari Bu Halimah selaku Penanggung Jawab kegiatan
kunjungan dan beberapa informasi dari Pak Andi selaku kru bus Pariwisata yang
kami tumpangi serta Doa yang dipimpin oleh Bapak Suryadinata, Wakil Dekan
Bidang Administrasi Fakultas Ushuluddin.
Jakarta-Malang memakan waktu kurang-lebih 24
Jam perjalanan dan sejauh sekitar ±800 Km. Kami tiba di Malang sekitar pukul 9
pagi. Setelah bersiap membersihkan badan kami langsung menuju kampus
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Di sana pihak dari
Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) telah mempersiapkan ruangan dan beberapa
persiapan lainnya untuk acara kunjungan kami. Kegiatan yang diselenggarakan
oleh pihak LPM UIN Maliki diadakan di ruang serbaguna Perpustakaan Utama Kampus.
Kegiatan ini berupa presentasi yang disampaikan oleh pihak LPM yaitu Bpk. Alfin
Mustikawan dan diskusi bersama. Bagi saya ada hal yang menarik dari presentasi
yang disampaikan oleh bapak Alfin mengenai Pohon Ilmu yang menjadi landasan
dasar UIN Maliki Malang. Pohon Ilmu tersebut menjelaskan beberapa mata ilmu
pengetahuan pokok yang menjadi acuan dan simbol Universitas tersebut. Selain
itu pula sistem pendidikan, yang menurut saya, sangat mendukung perkuliahan,
yaitu mahasiswa tahun pertama wajib tinggal di ma’had Universitas yang
didesain khusus untuk memperkuat bekal-bekal pengetahuan keislaman dan
penguatan bahasa asing. Yang mana dua komponen tersebut (penguatan keislaman
dan bahasa asing) adalah bekal pokok yang harus dimiliki oleh mahasiswa manapun
khususnya mahasiswa/i Universitas Islam.
Pusat Ma’had Al-Jami’ah didirikan sejak tahun
1997/1998
Seluruh mahasiswa/i tahun pertama harus
tinggal di Pusat Ma’had Al-Jami’ah
Mudirul Ma’had (Pemimpin Ma’had) setara dengan
Dekan Fakultas
Semua pengasuh Ma’had berbasis pernah
Pesantren
Seluruh sarana prasarana pengasuh ma’had dan
keperluan ma’had dibiayai oleh Kampus.
1 Pengasuh Pengasuh Ma’had mengasuh sebanyak 1
gedung mahasantri.
1 pengasuh memiliki murabbi (assisten
pengasuh) ma’had.
1 murabbi asrama memiliki musyrif/musyrifah
yang mengepalai 16 Mahasantri.
Setiap hari mahasantri wajib mengikuti
perkuliahan bahasa asing terhitung sejak pukul 14.00 s.d 20.00 WIB
Setiap Mahasantri wajib mengikuti perkuliahan
di kampus
Setiap mahasantri wajib mengikuti kegiatan
solat berjama’ah
Setiap mahasantri wajib mengikuti kegiatan
ba’da sholat subuh berupa shobahul Lughoh, English Morning, Fiqh, dan
Kuliah Akhlaq sesuai jadwal dan kelasnya masing-masing. Dan tahfidzul qur’an
untuk mendapatkan Syahadah (sertifikasi hapalan al-quran).
Bagi Mahasantri yang sudah memiliki
dasar-dasar keislaman yang sudah mumpuni akan digabungan dalam kelas diskusi
intermadzhab dengan mahasiswa asing.
Demikian adalah rangkuman penjelasan yang saya dapatkan
dari Kiayi atau Mudir Pusat Ma’had Al-Jami’ah. Selepas poto bersama kami
berpamitan kepada pihak kampus dan melanjutkan perjalanan menuju masjid Tiban
yang berada di desa Turen, Malang. Konon masjid ini katanya memiliki mistis
yang cukup kuat yaitu pembangunannya dibantu oleh makhluk sejenis makhluk
ghaib, karena Masjid sebesar ini berada di sebuah desa yang terpencil dan
melalui jalan yang relatif sempit. Wallahu a’lam.
Setelah satu malam penuh berisitirahat di
sebuah penginapan dan sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata
Air Terjun Coban Rondo. Menurut cerita air terjun Coban Rondo adalah
tempat persembunyian Dewi Anjarwati saat suaminya berkelahi dengan Jaka Lelono
yang hendak rebut Dewi Anjarwati. Namun malang tak dapat ditolak suami Dewi
Anjarwati dan Joko Lelono meninggal saat perkelahian tersebut sehingga Dewi
Anjarwati menjadi Janda dan tinggal sendiri di sebuah batu di bawah air terjun.
Itulah mengapa wisata air terjun tersebut dikenal dengan coban rondo yang dalam
bahasa Indonesianya adalah Air Terjun Janda.
Setelah menikmati wisata air terjun kami
berangkat menuju Goa Maria yang terletak di daerah Poh Sarang, Kediri. Goa
Maria merupakan sebuah nama tempat penziarahan umat Katholik yang dibangun masa
Belanda, menurut petugas Goa Maria dibangun sejak jaman Belanda. Goa Maria
menjadi sebuah tempat penziarahan yang ramai dikunjungi oleh umat Katholik.
Luas lokasi Goa Maria kurang lebih 1,3 hektar, yang terdiri dari sebuah Gereja,
tempat pemakaman umat Katholik, tempat pemakaman para Rabi dan Tokoh Agama
Katholik, sebuah Goa yang terdapat Patung Bunda Maria, Tempat Altar, Jalan
Salib dan beberapa toko-toko penjualan souvenir nuansa Katholik.
Gua Maria
Pohsarang sering juga disebut Puhsarang, atau yang dikenal juga dengan
nama Gua Maria Lourdes Pohsarang, terletak
di kompleks Gereja Pohsarang di desa Pohsarang,
kecamatan Semen, Kediri, sekitar 10 km arah barat daya
kota Kediri.
Pada kompleks gereja yang lama terdapat miniatur Gua Maria Lourdes yang
dikemudian hari oleh karena terlalu kecil bentuknya maka pada tanggal 11
Oktober 1998, dimulailah pembangunan gua Lourdes yang merupakan tiruan atau
replika Gua Maria Lourdes yang ada di Perancis.
Dinamakan Gua Maria Lourdes
sebab dalam gereja yang lama terdapat tiruan Gua Lourdes di Prancis, dalam
bentuk yang kecil. Di seputar patung yang kecil dalam gua pertama tertulis
tulisan di atas kuningan dengan menggunakan bahasa Jawa ejaan
Belanda : Iboe Maria ingkang pinoerba tanpa dosa asal, moegi
mangestonana kawoela ingkang ngoengsi ing Panjenenengan Dalem. (Bunda Maria
yang terkandung tanpa noda dosa asal, doakanlah aku yang datang berlindung
kepadaMu). Gua kecil yang berada di sebelah kanan Gereja ini merupakan sebuah
gua yang banyak didatangi oleh bukan hanya umat Katolik untuk berdoa rosario atau novena,
melainkan juga oleh umat lain yang bukan Katolik untuk melakukan meditasi dan
memohon ujub kepada Tuhan yang Maha pemurah. (wikipedia) Menurut seorang umat gereja,
bentuk atap tersebut menyimbolkan bahtera Nabi Nuh yang terdampar di Gunung
Ararat berdasarkan kisah Alkitab pada Perjanjian Lama.
Selain
Goa di sana juga ada beberapa Bukit Salib Golgota yaitu tempat devosi
jalan salib. Umat Katolik sangat menyukai renungan atas sengsara Yesus melalui
devosi jalan salib tersebut. Salib Golgota selesai dibangun pada tahun
2000 sebagai pelengkap sarana berdoa bagi para peziarah. Patung–patung pada
setiap stasi dibuat dengan ukuran hampir menyerupai orang dewasa. Jalan Salib adalah sebuah jalan sejarah yang
menggambarkan kisah penyaliban Yesus. Jalan Salib ini terdapat 15 posko dan
tiap-tiap poskonya terdapat patung ilustrasi perjalanan Yesus menjelang
disalib, penyaiban sampai penguburan Yesus. Umat yang beribadah di sini akan
melewati posko-posko tersebut secara beraturan mulai dari posko pertama saat
Yesus sedang diadili hingga, hingga posko ke 15 yaitu Yesus disemayamkan. Di
setiap posko Umat yang berziarah melantunkan doa-doa dan pujian-pujian yang
disanjungkan kepada Yesus.
Selepas mengunjungi tempat penziarahan Goa
Maria kami singgah ke sebuah pondok pesantren yang cukup populer di Indonesia
yaitu Pesantren Lirboyo. Di pesantren ini kami beristirahat sejenak sambil
berbincangbincang dengan Ibu nyai Pengasuh Pondok ini. Dan ba’da Magrib
kami melanjutkan perjalanan menuju Jogja, kota wisata, kota pendidikkan.
Day Four
Menjelang sore kami berangkat menuju sebuah pesantren.
Yaitu pesantren Pandanaran dan STAISPA (sekolah tinggi agama islam Pandanaran).
Di pesantren ini kami berdiskusi banyak tentang lingkungan pesantren dan
sekolah tinggi di sini. Sekolah Tinggi Agama Islam Pandaran merupakan Sekolah
tinggi yang berbasis pesantren, sekolah tinggi ini ada dua jurusan yaitu
Jurusan Tafsir dan Tasawuf. Setelah bersilaturahmi di pesantren ini kami
melanjutkan perjalanan dan berkeliling kota Jogja. Malam hari sekitar pukul
20.00 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Dan bersiap-siap Say
Good-Bye to Jogjakarta.
Perjalanan Jogja-Jakarta memakan waktu kurang lebih 15
s.d 17 Jam. Perjalanan yang cukup melelahkan namun sangat berkesan. Pukul 14.15
WIB kami tiba di kampus 1 UIN Syahid
Jakarta. Rasa lelah perjalanan selama lima hari telah terbayar saat itu juga
ketika saya menghirup udara Ciputat. Walau penuh polusi tentu Ciputat tetap
menyisakan rindu selama lima hari berkeliling tanah Jawa. Rindu pada teman-teman kuliah,
teman-teman asrama dan suasana UIN Jakarta yang semraut. Tentu Lima Hari
Berkeliling Tanah Jawa merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya, sebab
selain bisa merasakan jalan-jalan gratis, saya mendapatkan begitu banyak
pengalaman, banyak pengetahuan, dan banyak teman. Ka Lina, Bang Eka, teh Nurul, Kak Anis, Ka Lail, Kak Agung, Ka
Bahar, Fauzan, Lina, Handoko, Rini Fatmawati, Laili, Rindi, Najib, aduuh siapa
lagi yaa.. Bu Halimah, Bu Tien, Bu Ati, Bu Lilik, Bu Herma, Bu Nadroh, Pak
Surya, Pak Masri, Pak Andi dan semuaa deehhh....
0 komentar:
Posting Komentar