Pages

Subscribe:

Labels

Rabu, 12 Desember 2012

Saat Hindu dan Budha menjadi Agama Negara


Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zu’l Karnain adalah seorang raja dan panglima besar Yunani yang masyhur dalam sejarah Barat purbakala. Waktu masih muda ia mendapat pendidikan yang sangat luas, bukan dalam keprajuritan saja, melainkan dalam ilmu filsafat dan pemerintahan. Gurunya ialah ahli filsafat Yunani yang masyhur Aristoteles. Bapaknya memerintah dalam negeri kecil, yaitu Makedonia. Bapaknya mempunyai cita-cita mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil Yunani dan memperluas kerajaanya sampai kedaerah Asia, tetapi sebelum dapat menjalankannya ia dibunuh oleh seorang penjahat.
Putera mahkota Iskandar Zu’l Karnain menjadi raja Makedonia pada usia 24 tahun. Dengan segera Iskandar menyiapkan persediaan untuk meneruskan niat bapaknya. Dengan cepat ia dapat menakhlukkan Asia Muka (sekarang Turki), Syria, Palestina, Mesir, Persia, dan Baktria. Penakhlukan itu tidak sampai disitu, belum puas akan pencapaian yang telah diraihnya ia menyiapkan pertahanan untuk menyerbu India, tepatnya ditepi sungai Jhilam, raja negeri Poros
yang sudah siap menanti kedatangannya dengan tentara yang membawa persenjataan lengkap. Perang pun tidak dapat terelakkan, namun tidak lama kemudian raja Poros terpaksa menyerah, setelah ia mendapat luka-luka yang parah.
Tidak lama setelah keberhasilan itu tepatnya tiba ditepi sungai Bias, maka balatentaranya mogok dan menyatakan tidak sedia berperang lagi, melainkan hendak pulang ke negeri Yunani yang sudah 7 tahun ditiggalkan mereka. Dengan bijaksana Iskandar memenuhi kemauan tentaranya dan mengumumkan supaya perang India diselesaikan pada tempat itu saja. Sebelum tentara Yunani balik, Iskandar mendirikan dua belas candi sebagai rasa terima kasih kepada dewa-dewa kebangsaan. Peristiwa itu terjadi pada tahun 326 S.M. Akan tetapi tidak lama kemudian, India terlepaslah dari genggaman kerajaan Yunani.
Setelah tiba dan mengatur ketentraman dan pemerintahan di Persia, maka Iskandar kawin di Babylon dengan puteri dari negeri itu, bernama Roxana. Akan tetapi pada malam perajaan perkawinannya Iskandar tiba-tiba wafat dalam usia 33 tahun. Yang mendatangkan kematian itu, yang tentu ialah bahwa pada waktu itu kesehatannya amat terganggu dan badannya lemah juga dikarenakan penderitaan-penderitaan perang selama Sembilan tahun. Tidak lama setelah Iskandar wafat kerajaan yang belum kokoh dan terpadu itu mulailah runtuh dan pecah. Bagian-bagiannya dikuasai oleh panglima-panglima perangnya.
Pengaruh tentara Yunani masuk ke India yang dipimpin oleh Iskandar terjadilah hubungan yang makin lama makin erat antara India dengan negeri-negeri disebelah barat. Perhubungan lalu lintas yang melalui jurang Khaibar sudah terbuka, demikian juga pertalian denagn kota-kota di pantai Persia. Hasil-hasil dan bahan-bahan dari India mulai mengalir kenegeri-negeri Barat, dan dengan jalan dagang itu masuklah pula kebudayaan Hindu ke Asia muka dan kemudian ke kerajaan Romawi.[1]



Pemerintahan Raja-Raja Maurya

Sejak terdengar kabar wafatnya Iskandar, penduduk negri itu langsung bertindak merebut kemerdekaannya dengan di pimpin oleh Chandragupta. Sudah diterangkan di atas bahwa Chandragupta merupakan keturunan raja Nanda di Maghada, yang dibuang keluar negrinya dan lari ke India Utara.

Menurut cerita dari pihak kaum Jaina raja Chandragupta pada suatu waktu menarik diri dari pemerintahan dan menjadi pengikut Jaina, sesudah terjadinya kelaparan yang hamper 10 tahunlamanya sebab ia merasa berdosa terhadap rakyatnaya. Ia diganti oleh putranya Bindusara(298 – 272 SM).

Riwayat raja ini tidak begitu terang. Hal yang tentu ialah bahwa raja itu pertama kali memerangi bangsa-bangsa didaerah Deccan di India Tengah. Ia diganti oleh putranya yang kelak mendapat nama yang mashur dalam sejarah India, ialah Asoka (272 – 232 SM). Ia mengganti bapaknya ketika masih muda, akan tetapi penobatannya bari dirayakan empat tahun kemudian. Berlainan dengan nenek dan bapaknya ia ternyata seorang lemah lembut, peramah dan suka berbakti, setia kepada agama dan amat mengasihi rakyatnya.

Ditahun 249 SM atau 24 tahun semenjak Asoka menjadi raja, baginda mengunjungi semua tempat-tempat suci yang bersangkutan dengan hidup dan pengajaran Gautama Budha. Kota-kota itu ialah Kapilavastu (tempat lahir Budha), Sarnath dekat benares (tempat buda pertama kali menyebarkan agamanya), Sravasthi, Gaya (tempat pohon bodhi yang suci) dan Kusinegara (tempat wafatnya). Ditempat itu baginda member sedekah dan memnerikan tanda-tanda peringatan yang sampai sekarang amat berarti bagi ilmu sejarah.

Dengan resmi Asoka meninggalkan agama Barahma dan memeluk agama Budha. Kemudian baginda masuk bhiksu (reshi). Dari sikap ini teranglah bahwa agama Budha dizaman itu mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas titah raja Asoka didirikan lebih kurang 48.000 buah stupa. Yang masih ketinggalan adlah stupa yang mashur di Sanchi (India Tengah), dekat ibu Negara provinsi yang dibawah pemerintahannya dulu. Untuk  anaknya putrid Charumati yang sungguh berbakti didirikan oleh raja beberapa Wihara atau asrama bagi kaum wanita, terutama dibagian Nepal. Diwaktu pemerintahan Asoka seluruh Indi dapat disatukan. Hanya bagian ujung Selatan dan sailan yang belum takluk kepadanya. Kepulauan Sailan dikirim utusan-utusan untuk mengajarkan ahama Buddha. Sejak itu dari pulai itu tiap-tiap tahun berates-ratus orang datang ziarah kedaerah Benares. Dari zaman Asoka sampai sekarang pulai Sailan adalah suatu pusat pertahanan agama Buddha. Dalam sejarah India belum pernah terdapat seorang raja yang begitu luas kerajaannya seperti Asoka.

Diatas telah dikatakan, bahwa Asoka dengan resmi memeluk agama Buddha. Akan tetepi rakyat pada umumnya masih setia kepada agama Hindu, yang sudah berakar teguh dalam masyarakat sejak purbakala. Pandit-pandit Brahma masih besar pengarunya kepada rakyat. Dalam keadaan demikian Asoka mengeluarkan amanat supaya diantara agama-agama dan mazhab-mazhab haruslah ada ikatan persaudaraan dan perdamaian, tiap-tiap agama merdeka dalam melakukan kebaktian dan mendapat perlindungan yang sama dari raja. Pendidikan masyarakat berdasarkan kepada pelajaran Buddha. Oleh sebab itu ia melarang membunuh yang berjiwa, baik manusia maupun hewan. Orang yang melanggar peraturan itu mendapatkan hukuman keras. Agama Buddha percaya bahwa manusia itu dalam hidupnya melalui beberapa tingkat dan menjelma tiap-tiap kali dalam suatu jenis makhluk. Penjelmaan itu ditentukan oleh karma, yang terdapat pada tiap-tiap manusia, yaitu hasil dari segala perbuatan yang baik atau buruk. Oleh karena itu manusia dan penjelmaannya tidak boleh dibunuh.

Dari segala-galanya nyatalah kemashuran Asoka sebagai raja yang bijaksana, beragama, berpendirian atas kemanusiaan dan yang mengakui hak-hak kemerdekaan dari semua agama. Mengingat kemashuran raja itu sudah tentu banyak sekali terdapat cerita-cerita, kepercayaan-kepercayaan yang ajaib tentang hidupnya dan yang masih terdengar sampai sekarang. Terutama di Sailan, pusat agama Buddha, ia menghormati sebagai seorang manusia yang telah mencapai penjelmaan Bodhisatwa.
Kerajaan Maurya rupanya dibawah pemerintahan Asoka sudah sampai kepada puncak yang setinggi-tingginya. Setelah wafat kaum Brahma yang merasa kedudukannya amat dibelakangkan ditengah-tengah masyarakat yang berdasar pada filsafat Buddha mengajar rakyat sepaya melawan rajaDasaratha, putra Asoka. Kerajaan Maurya mulai mundur dan terpisah-pisah. Akhirnya keturunan Asoka hanya dapat mempertahankan sebagian dari kerajaan yang luas itu.

Tahun 185  SM raja Maurya yang penghabisan Brihadrutha dibunuh oleh panglima perangnya Pushyamitra Sunga yang sengaja merebut kuasa dari tangan raja yang lemah itu untuk merebut kuasa dari tangan raja yang lemah itu untuk memperkuat pwerlawanan terhadap musuh yang mengancam dari sebelah Baktria dan Turkestan (bangsa Parthi).

Keturunan-keturuna Sunga memerintah 112 tahun lamanya. Mula-mula raja Kalinga yang ditaklukan oleh Asoka dapat merebut kerajaannya kembali, sehingga Pushyamitra terpaksa mengadakan perdamaian yang mengurangi kuasanya. Raja-raja sunga tidak begitu menyukai agama Buddha, mereka itu memihak kepada agama Brahma. Dalam pemerintahan Pushyamitra kebiasaan-kebiasaan Brahma dihidupkan lagi. Yang ajaib adalah pengorbanan kuda (asvamedha).

Raja Sunga penghabisan tidak berkuasa lagi, malainkan menjadi boneka saja dalam tangan mentrinya Vasudeva, tang akhirnya membunuh raja itu juga dan menjadi penggantinya. Keturunannya bernama Kanva. Raja-raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan dig anti oleh raja-raja Ardhra, terdiri dari 30 turunan dan memerintah hamper 250 tahun lamanya, sampai tahun 225 SM[2].


[1] http://ikawahy.blogspot.com/2012/12/zaman-kerajaan-dimana-budha-menjadi.html
[2] http://vhiaquary.blogspot.com/2012/12/kerajaan-dimana-hindu-dan-budha-menjadi.html

0 komentar:

Posting Komentar