Pages

Subscribe:

Labels

Rabu, 12 Desember 2012

Sistem Kemasyarakatan, Kepercayaan (Ketuhanan) dan Pemerintaha pada Masa Hindu

A. Sistem Kemasyarakatan Hindu
Masyarakat Hindu memiliki lima strata atau lebih dikenal dengan nama Kasta. Namun, pada tahun 1950 M pemerintah India secara resmi menghapus kasta terakhir. Kasta-kasta
tersebut adalah berikut:
1)      Kasta Brahma (Kelas Putih): terdiri dari kalangan pendeta, dan pemuka agama Hindu
2)      Kasta Ksatria (Kelas Merah): terdiri dari penguasa dan tentara
3)      Kasta Waisya (Kelas Kuning): terdiri dari kalangan petani dan pedagang
4)      Kasta Sudra (Kelas Hitam) : terdiri dari para pengrajin
5)      Kasta Paria  terdiri dari kelompok yang dipandang rendah dari perspektif agama Hindu, seperti penggali kubur, petugas kebersihan dam semacamnya.[1]



A.      Konsep ketuhanan (Kepercayaan) Hindu
1.       Monoteisme: tidak ada batasan yang menjelaskan tentang konsep monoteisme dalam agama Hindu
2.       Politeisme: mereka berpendapat bahwa setiap benda , baik bermanfaat maupun tidak memiliki dewa tersendiri yang mereka sembah, seperti Dewa Air, Udara, Sungai, dan Gunung. Seluruh dewa tersebut disembah oleh Umat Hindu melalui berbagai macam ritual dan sajian.
3.       Trimurti: pada abad ke-9 SM, para pendeta Hindu sepakat ada tiga kekuatan Brahmana dalam menciptakan, memelihara dan melebur alam beserta isinya.
a.       Dewa Brahma : Dewa Pencipta
b.      Dewa Wisnu : Dewa pemelihara
c.       Dewa Pelebur
Siapa saja yang menyembah salah satu dari tiga dewa diatas, maka ia telah menyembah semua dewa sekaligus. Hal ini karena ketiga dewa tersebut tidaklah ada perbedaan. Terkait konsep ini, konsep ketuhanan agama Hindu memberikan pengaruh kuat kepada konsep ketuhanan agama Nasrani, dalam hal ini konsep trinitas.
Orang-orang Hindu sangat menyakralkan sapi dan hewan-hewan lainnya, seperti kobra dan kera. Namun, sapi adalah hewan paling sakral dari semuanya. Patung-patung sapi akan banyak ditemukan di setiap kuil, rumah, dan pusat keramaian. Keberadaan sapi sangatlah dijaga. Hewan tersebut tidak boleh disembelih dan disakiti. Jika seekor sapi mati, maka ia harus dikuburkan dengan cara tertentu.
Umat Hindu juga meyakini bahwa sosok dewa mereka telah melebur dalam sosok diri manusia, yaitu Krishna. Pada diri Krishna, telah terjadi persemaian dan peleburan antara sisi ketuhanan dan sisi kemanusiaan. Umat Hindu memandang Krishna dengan konsep demikian, sebagaimana Umat Nasrani memandang sosok Almasih. [1]

C. Sistem Pemerintahan Hindu
Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.[1]
Konsep kerajaan menurut tradisi Hindu yaitu sebuah alam-semesta kecil yang berupa mandala yang dipimpin oleh raja dan dikelilingi oleh kekuatan konsentris yang terdiri dari para pendeta, pemerintah, bangsawan, tentara, dan rakyat jelata. Masing-masing mandala mewakili area kekuasaan inti sang tuan tanah.
Konsep kerajaan tersebut dapat juga berupa kerajaan-kerajaan yang dibawahi atau tunduk pada seorang tuan tanah besar atau maharaja. Dan konsekuensi dari konsep diatas adalah bahwa kerajaan-kerajaan bawahan harus membayar upeti kepada sang maharaja secara berkala. Tetapi walau pun begitu penguasa kerajaan bawahan tersebut mempunyai kekuasaan murni terhadap kerajaan yang diperintahnya. Menurut Coedes adalah bahwa kerajaan- kerajaan Hindu memiliki kebudayaan yang terorganisasi berdasarkan konsep agama Hindu dan menganut kepercayaan Hindu Budha, dan bersamaan dengan mitologi puranas, ketaatan pada Dharmasastra, dan penggunaan bahasa Sansekerta sebagai alat komunikasi bagi golongan penguasa.[1]



[1] http://wa-iki.blogspot.com/2011/09/sistem-pemerintahan-kerajaan-kerajaan.html




[1] http://jendelahindu-buddha.blogspot.com/p/page-6.html





[1] Sami bin Abdullah al-maghlouth, atlas agama-agama. hal 497


[1] Sami bin Abdullah Al-Maghlouth, Atlas Agama-agama, hal. 490

0 komentar:

Posting Komentar