Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 25 Desember 2014

Five-Days Java Trip


“FIVE-DAYS JAVA TRIP”
The days before
Awalnya saya hampir tak percaya saat menerima surat undangan untuk mengikuti kunjungan ke Universitas Islam Negeri Malang dari Fakultas. Saya pikir surat tersebut mungkin bukan untuk saya, tetapi ketika membuka dan membaca surat tersebut dengan seksama ternyata benar nama saya ada di sana. Beberapa hari kemudian saya mendatangi ruang akademik yang ada di lantai 4 gedung Fakultas Ushuluddin dan memastikan kebenaran kegiatan kunjungan yang diberitakan dalam surat yang saya terima, dan ternyata benar Fakultas Ushuluddin akan melaksanakan kunjungan ke UIN Maliki Malang. Ada rasa haru, bangga dan bahagia ketika itu, namun pada saat saya lihat kembali daftar nama-nama peserta yang mengikuti kegiatan tersebut saya sedikit merasa ragu karena hanya ada dua nama mahasiswa yang saya kenali di sana yaitu Rini Fatmawati dan Ardi. Bahkan teman seangkatan saya pun tak ada di sana. Tapi langsung ku tepis rasa ragu tersebut, tak peduli dengan siapa saya berangkat ke sana selama masih bersama orang tua (dosen-dosen) saya percaya saya tak akan tersesat dan disesatkan. Bahkan saat saya cerita kepada teman terdekat saya dia berkata “gapapa, Rin, ikut aja. Lagian kapan lagi coba bisa jalan-jalan gratis ke Jawa.”katanya sambil tertawa geli selepas ia membaca surat undangan tersebut, “untuk masalah kuliah dan kegiatan FLAT, kamu tinggalin aja dulu, kan bisa izin to?!” lanjutnya. Yang memang pada saat itu saya sedang bingung untuk meninggalkan kuliah dan kegiatan UKM Bahasa-FLAT. Singkat cerita saya ikuti saran darinya dan langsung mengurusi perizinan kuliah serta kegiatan FLAT. Malam hari sebelum pemberangkatan saya pun telah menyiapkan segala perlengkapan yang akan saya bawa selama mengikuti Kunjungan ini.
Day One
Sekitar Pukul 06.47 saya tiba di kampus 1 UIN Jakarta. Pada saat itu disana sudah ada Pak Surya, Bu Halimah, Bu Banun dan Bu Nadroh serta beberapa Mahasiswa. Beberapa lama kemudian satu persatu peserta pun mendekati bus dan mulai memenuhi kursi masing-masing. Kurang lebih satu setengah jam kemudian Bus pun berangkat seusai mendengarkan beberapa patah kata sambutan dan pengumuman dari Bu Halimah selaku Penanggung Jawab kegiatan kunjungan dan beberapa informasi dari Pak Andi selaku kru bus Pariwisata yang kami tumpangi serta Doa yang dipimpin oleh Bapak Suryadinata, Wakil Dekan Bidang Administrasi Fakultas Ushuluddin.
 Day two
Jakarta-Malang memakan waktu kurang-lebih 24 Jam perjalanan dan sejauh sekitar ±800 Km. Kami tiba di Malang sekitar pukul 9 pagi. Setelah bersiap membersihkan badan kami langsung menuju kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Di sana pihak dari Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) telah mempersiapkan ruangan dan beberapa persiapan lainnya untuk acara kunjungan kami. Kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak LPM UIN Maliki diadakan di ruang serbaguna Perpustakaan Utama Kampus. Kegiatan ini berupa presentasi yang disampaikan oleh pihak LPM yaitu Bpk. Alfin Mustikawan dan diskusi bersama. Bagi saya ada hal yang menarik dari presentasi yang disampaikan oleh bapak Alfin mengenai Pohon Ilmu yang menjadi landasan dasar UIN Maliki Malang. Pohon Ilmu tersebut menjelaskan beberapa mata ilmu pengetahuan pokok yang menjadi acuan dan simbol Universitas tersebut. Selain itu pula sistem pendidikan, yang menurut saya, sangat mendukung perkuliahan, yaitu mahasiswa tahun pertama wajib tinggal di ma’had Universitas yang didesain khusus untuk memperkuat bekal-bekal pengetahuan keislaman dan penguatan bahasa asing. Yang mana dua komponen tersebut (penguatan keislaman dan bahasa asing) adalah bekal pokok yang harus dimiliki oleh mahasiswa manapun khususnya mahasiswa/i Universitas Islam.
 Ba’da solat jum’at dan solat dzuhur kami melanjutkan kunjungan ke Pusat Ma’had Al-Jami’ah yang masih berada di sekitar kampus UIN Maliki. Di sini kami disambut oleh Mudirul Ma’had nya dan beliau menyampaikan beberapa poin yang penting yang dapat saya catat antara lain:
Pusat Ma’had Al-Jami’ah didirikan sejak tahun 1997/1998
Seluruh mahasiswa/i tahun pertama harus tinggal di Pusat Ma’had Al-Jami’ah
Mudirul Ma’had (Pemimpin Ma’had) setara dengan Dekan Fakultas
Semua pengasuh Ma’had berbasis pernah Pesantren
Seluruh sarana prasarana pengasuh ma’had dan keperluan ma’had dibiayai oleh Kampus.
1 Pengasuh Pengasuh Ma’had mengasuh sebanyak 1 gedung mahasantri.
1 pengasuh memiliki murabbi (assisten pengasuh) ma’had.
1 murabbi asrama memiliki musyrif/musyrifah yang mengepalai 16 Mahasantri.
Setiap hari mahasantri wajib mengikuti perkuliahan bahasa asing terhitung sejak pukul 14.00 s.d 20.00 WIB
Setiap Mahasantri wajib mengikuti perkuliahan di kampus
Setiap mahasantri wajib mengikuti kegiatan solat berjama’ah
Setiap mahasantri wajib mengikuti kegiatan ba’da sholat subuh berupa shobahul Lughoh, English Morning, Fiqh, dan Kuliah Akhlaq sesuai jadwal dan kelasnya masing-masing. Dan tahfidzul qur’an untuk mendapatkan Syahadah (sertifikasi hapalan al-quran).
Bagi Mahasantri yang sudah memiliki dasar-dasar keislaman yang sudah mumpuni akan digabungan dalam kelas diskusi intermadzhab dengan mahasiswa asing.

Demikian adalah rangkuman penjelasan yang saya dapatkan dari Kiayi atau Mudir Pusat Ma’had Al-Jami’ah. Selepas poto bersama kami berpamitan kepada pihak kampus dan melanjutkan perjalanan menuju masjid Tiban yang berada di desa Turen, Malang. Konon masjid ini katanya memiliki mistis yang cukup kuat yaitu pembangunannya dibantu oleh makhluk sejenis makhluk ghaib, karena Masjid sebesar ini berada di sebuah desa yang terpencil dan melalui jalan yang relatif sempit. Wallahu a’lam.

 Day three
Setelah satu malam penuh berisitirahat di sebuah penginapan dan sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata Air Terjun Coban Rondo. Menurut cerita air terjun Coban Rondo adalah tempat persembunyian Dewi Anjarwati saat suaminya berkelahi dengan Jaka Lelono yang hendak rebut Dewi Anjarwati. Namun malang tak dapat ditolak suami Dewi Anjarwati dan Joko Lelono meninggal saat perkelahian tersebut sehingga Dewi Anjarwati menjadi Janda dan tinggal sendiri di sebuah batu di bawah air terjun. Itulah mengapa wisata air terjun tersebut dikenal dengan coban rondo yang dalam bahasa Indonesianya adalah Air Terjun Janda.
Setelah menikmati wisata air terjun kami berangkat menuju Goa Maria yang terletak di daerah Poh Sarang, Kediri. Goa Maria merupakan sebuah nama tempat penziarahan umat Katholik yang dibangun masa Belanda, menurut petugas Goa Maria dibangun sejak jaman Belanda. Goa Maria menjadi sebuah tempat penziarahan yang ramai dikunjungi oleh umat Katholik. Luas lokasi Goa Maria kurang lebih 1,3 hektar, yang terdiri dari sebuah Gereja, tempat pemakaman umat Katholik, tempat pemakaman para Rabi dan Tokoh Agama Katholik, sebuah Goa yang terdapat Patung Bunda Maria, Tempat Altar, Jalan Salib dan beberapa toko-toko penjualan souvenir nuansa Katholik.
Gua Maria Pohsarang sering juga disebut Puhsarang, atau yang dikenal juga dengan nama Gua Maria Lourdes Pohsarang, terletak di kompleks Gereja Pohsarang di desa Pohsarang, kecamatan Semen, Kediri, sekitar 10 km arah barat daya kota Kediri. Pada kompleks gereja yang lama terdapat miniatur Gua Maria Lourdes yang dikemudian hari oleh karena terlalu kecil bentuknya maka pada tanggal 11 Oktober 1998, dimulailah pembangunan gua Lourdes yang merupakan tiruan atau replika Gua Maria Lourdes yang ada di Perancis. Dinamakan Gua Maria Lourdes sebab dalam gereja yang lama terdapat tiruan Gua Lourdes di Prancis, dalam bentuk yang kecil. Di seputar patung yang kecil dalam gua pertama tertulis tulisan di atas kuningan dengan menggunakan bahasa Jawa ejaan Belanda : Iboe Maria ingkang pinoerba tanpa dosa asal, moegi mangestonana kawoela ingkang ngoengsi ing Panjenenengan Dalem. (Bunda Maria yang terkandung tanpa noda dosa asal, doakanlah aku yang datang berlindung kepadaMu). Gua kecil yang berada di sebelah kanan Gereja ini merupakan sebuah gua yang banyak didatangi oleh bukan hanya umat Katolik untuk berdoa rosario atau novena, melainkan juga oleh umat lain yang bukan Katolik untuk melakukan meditasi dan memohon ujub kepada Tuhan yang Maha pemurah. (wikipedia) Menurut seorang umat gereja, bentuk atap tersebut menyimbolkan bahtera Nabi Nuh yang terdampar di Gunung Ararat berdasarkan kisah Alkitab pada Perjanjian Lama.
Selain Goa di sana juga ada beberapa Bukit Salib Golgota yaitu tempat devosi jalan salib. Umat Katolik sangat menyukai renungan atas sengsara Yesus melalui devosi jalan salib tersebut. Salib Golgota selesai dibangun pada tahun 2000 sebagai pelengkap sarana berdoa bagi para peziarah. Patung–patung pada setiap stasi dibuat dengan ukuran hampir menyerupai orang dewasa. Jalan Salib adalah sebuah jalan sejarah yang menggambarkan kisah penyaliban Yesus. Jalan Salib ini terdapat 15 posko dan tiap-tiap poskonya terdapat patung ilustrasi perjalanan Yesus menjelang disalib, penyaiban sampai penguburan Yesus. Umat yang beribadah di sini akan melewati posko-posko tersebut secara beraturan mulai dari posko pertama saat Yesus sedang diadili hingga, hingga posko ke 15 yaitu Yesus disemayamkan. Di setiap posko Umat yang berziarah melantunkan doa-doa dan pujian-pujian yang disanjungkan kepada Yesus.
Selepas mengunjungi tempat penziarahan Goa Maria kami singgah ke sebuah pondok pesantren yang cukup populer di Indonesia yaitu Pesantren Lirboyo. Di pesantren ini kami beristirahat sejenak sambil berbincangbincang dengan Ibu nyai Pengasuh Pondok ini. Dan ba’da Magrib kami melanjutkan perjalanan menuju Jogja, kota wisata, kota pendidikkan.
Day Four
Satu malam penuh perjalanan Kediri-Malang. Kami tiba di Jogjakarta sekitar pukul 3 dini hari. Setelah sarapan dan membersihkan diri, bersama bus pariwisata yang kami tumpangi kami mengelilingi kota Yogyakarta, ke beberapa tempat wisata dan tempat-tempat pendidikan yang ada di sana. Sekitar pukul 10 kami menuju pantai yang cukup terkenal di sana yaitu Pantai Parang Tritis.. hmmm... pagi sekali sudah menghirup udara lautan itu rasanya sangat segar. beberapa teman dari kami mandi dan berenang di tepi pandai, mereka sepertinya tak ingin melewatkan momen seru ini.  
Menjelang sore kami berangkat menuju sebuah pesantren. Yaitu pesantren Pandanaran dan STAISPA (sekolah tinggi agama islam Pandanaran). Di pesantren ini kami berdiskusi banyak tentang lingkungan pesantren dan sekolah tinggi di sini. Sekolah Tinggi Agama Islam Pandaran merupakan Sekolah tinggi yang berbasis pesantren, sekolah tinggi ini ada dua jurusan yaitu Jurusan Tafsir dan Tasawuf. Setelah bersilaturahmi di pesantren ini kami melanjutkan perjalanan dan berkeliling kota Jogja. Malam hari sekitar pukul 20.00 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Dan bersiap-siap Say Good-Bye to Jogjakarta.

 Day Five
Perjalanan Jogja-Jakarta memakan waktu kurang lebih 15 s.d 17 Jam. Perjalanan yang cukup melelahkan namun sangat berkesan. Pukul 14.15 WIB  kami tiba di kampus 1 UIN Syahid Jakarta. Rasa lelah perjalanan selama lima hari telah terbayar saat itu juga ketika saya menghirup udara Ciputat. Walau penuh polusi tentu Ciputat tetap menyisakan rindu selama lima hari berkeliling tanah  Jawa. Rindu pada teman-teman kuliah, teman-teman asrama dan suasana UIN Jakarta yang semraut. Tentu Lima Hari Berkeliling Tanah Jawa merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya, sebab selain bisa merasakan jalan-jalan gratis, saya mendapatkan begitu banyak pengalaman, banyak pengetahuan, dan banyak teman. Ka Lina, Bang Eka, teh Nurul, Kak Anis, Ka Lail, Kak Agung, Ka Bahar, Fauzan, Lina, Handoko, Rini Fatmawati, Laili, Rindi, Najib, aduuh siapa lagi yaa.. Bu Halimah, Bu Tien, Bu Ati, Bu Lilik, Bu Herma, Bu Nadroh, Pak Surya, Pak Masri, Pak Andi dan semuaa deehhh....

0 komentar:

Posting Komentar